Selasa, 25 Juni 2013

Camera Has Stories



ff Lee Ho Won

Chapter 6
 
     “ Min-aw ” bisik Goun tepat di telinganya. Namun Min-ah tidak segera bangun, seakan ada beban berat menindih tubuhnya. “kalau gak bangun ku tinggal lho...” Goun mengambil kunci apartemennya dari saku jasnya seraya berjalan ke luar kamar menuju pintu depan.

“Goun, lusa besok mau ya antar aku ke kantor” Min-ah memiringkan wajahnya untuk melihat Goun meski hanya punggungnya yang dapat ia lihat. Goun berbalik, melangkahkan kakinya maju beberapa kali kemudian ikut memiringkan wajahnya juga, seakan belum paham maksud Min-ah berkata seperti itu. “Kau tahu kameraku hilang dan untuk kembali bekerja aku perlu meminjamnya dari sana. Ku pikir, aku akan lebih berani berkata seperti itu bila kau juga ada”

“kembali kesana?” Goun tak sadar ia berteriak di depan Min-ah, hingga membuat Min-ah terkejut

“aku tahu kau benci tempat itu tapi---”
Goun memotong ucapan Min-ah “kau gila, sampai kapanpun aku tak akan kembali kesana, apapun itu” Min-ah beranjak duduk di ranjang
“meski denganku” Goun menggeleng tegas. “ok, mungkin aku juga tak perlu mencarikan objek yang cocok untuk jurnalmu ”

“ah...TIDAK!” Min-ah merendahkan dagunya berharap ada sepucuk harapan mekar di depannya, “maksudku...” Goun memutar gantungan pada kunci yang dipegangnya, “kau bisa pergi dengan Howon bukan?” Min-ah menyipitkan matanya, “oh... ayolah, terakhir aku bekerja disana aku selalu sial, kau ingat? Salah. Maksudku, aku pernah menceritakannya padamu bukan?” Min-ah ragu sejenak untuk menganggukkan kepalanya. 

Ia berpikir sebentar dan terbayang kejadian itu, di mana Goun selalu salah memanggil karyawan yang bekerja di sana, tapi itu masih mending, parahnya lagi ia sering salah menyebut nama atasannya sendiri dengan asistennya. Mereka dapat memakluminya karena kau tahu? Goun adalah anak blasteran Korea-London yang tinggal di London bersama ibunya selama 17 tahun kemudian ke Korea dan menetap di sini. Biasanya kemampuan mengingat seseorang yang asing baginya terlihat sulit dan bahkan bagi mereka semuanya terlihat sama, pada hari itu di mana hari Goun bekerja barulah satu minggu. Ada seorang tamu penting dan atasannya meminta Goun bekerja sama dengannya, tapi apa boleh buat Goun sering mempermalukan dirinya sendiri dan entah pada hari ketiga ia bekerja langsung mengajukan surat pengunduran diri.

“baiklah aku mengerti” Goun bernafas lega, “ku harap Howon ada waktu” desah Min-ah setelah Goun mulai membuka pintu

“Aish... Hey jadi kau mau ikut tidak?”

“gak ada pilihan lain” yap, ‘gak ada pilihan lain’ karena memang mereka berdua bukan ahlinya mengolah makanan alias memasak. Goun dan Min-ah keluar dari apartemennya untuk waktu yang lumayan lama yang bertujuan mengisi perut mereka dengan beberapa cemilan di luar. Cemilan?



      “AH...kebetulan” Goun langsung menyabet kursi kosong yang terletak di antara kedua pria bertopi yang duduk di meja depan pintu masuk restoran. “Hey, kalian belum makan kan?”

“belum” jawab Howon ramah “Kami baru saja mau pesan, kau mau bergabung?”

“tentu, sebentar” Goun nampak memperhatikan Min-ah yang duduk di meja ujung sendiri dan bahkan ia nyaris tak terlihat diantara botol – botol bir di meja depan. Goun melambaikan tangannya meminta Min-ah segera datang kemari, ke tempat mereka bertiga duduk.

“oh...Min-ah juga ada?” tanya Howon lebih dari dirinya sendiri, tapi nampak Goun yang sibuk mengajak Min-ah duduk bersama

“hah..., gadis payah juga ada” Song akhirnya bersuara, tapi nada itu terdengar tajam bagi Min-ah saat ia sudah datang dan berdiri di hadapannya.

“maaf, sepertinya aku tak berselera makan. Mungkin aku hanya akan beli minum saja” Min-ah menunjuk mesin pembuat minuman otomatis di ujung sana.

“HEY!” Goun mencengkeram pergelangan Min-ah kemudian mendudukkan Min-ah di kursi samping Howon “kebetulan kita bertemu, apalagi ada yang ingin ku bicarakan denganmu”

“kebetulan apanya? Kalian lah yang berencana mengikuti kami” kata Song pedas, kali ini Howon tak bisa angkat tangan karena merasa ini bukan lagi sebuah candaan,

“hey, gimana kalau kita pesan sama – sama?” Howon berusaha mengalihkan pembicaraan namun nampaknya masih terasa canggung. “aku akan pesan....” Howon berpikir sejenak

“Kimchi!” teriak Min-ah bersemangat dibarengi suara Howon yang kalah dengannya

“wah... kompak, kalau aku pesan Bulgogi” sementara Goun mencatat pesanan mereka, Min-ah dan Howon tertawa bersama.

“karena lama aku tak makan kimchi, jadi aku kangen masakan itu”

“hem...aku juga” balas Min-ah dengan senyum. 

Tak lama masakan siap dihidangkan, di meja besar itu terhampar hidangan yang sayang jika tidak dipenuhi, jadi mereka memesan tak tanggung – tanggung dengan ukuran jumbo. Min-ah dan Howon, keduanya memegang semangkuk kimchi, Goun memegang sepiring bulgogi dan Song dengan Hoeddeoknya.

“yummy” kata Goun kemudian menuang segelas soju dan meminumnya

“dasar,” keluh Song pada suara berisik Goun yang bergumam tidak jelas mengganggunya

“hey, kau bilang apa?” Goun nampak kesal karena merasa digunjingkan

“payah, makanmu terlalu banyak untuk ukuran seorang pria” Song balas dengan ejekan

“jadi karena ini? Kau memutuskanku?” Goun mendobrak meja itu keras, hingga menumpahkan segelas sojunya

“iya, lalu kenapa?”

“dasar banci,” Song terlihat kesal “makanmu roti manis melulu” Song tidak kalah kasar, ia mendobrak meja bahkan suaranya hampir membuat seisi meja tumpah. Howon melerainya dibantu Min-ah yang ikut membawa Goun menjauh dari meja bulat itu.

“kami pamit” ucap Min-ah sambil memegang kedua bahu Goun. Howon mengangguk, keduanya saling memberi hormat. Acara makan bersama menjadi berantakan, setidaknya satu diantara mereka merasa kenyang, Min-ah.

TBC........................................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar