Chapter 2
Hari mulai berganti malam, saat itu
juga satu persatu lampu jalanan mulai menyala namun kini nampak lebih terang
dari biasanya, pikir Howon. Setelah kesibukannya manggung, ia dan anggota
Infinite memutuskan untuk mengambil cuti selama beberapa minggu, ya mungkin
karena itu. Namun, tetap saja tak ada yang bisa dia lakukan selain apapun hal
yang semuanya mengandung kata ‘bosan’. Dan hari ini juga, Howon hanya memutuskan
untuk tidur di apartemen lamanya, di mana tempat ia singgah sebelum diterima
menjadi anggota Infinite.
Dari
tangga bawah yang gelap dan sunyi, terdengar suara langkah kaki mendekat.
Suaranya terdengar setelah beberapa kali berhenti sesaat. Howon terkesiap dan
mulai berdiri setelah ia selesai membuang sampah yang sudah lama tak ia
bersihkan dari kamar lamanya itu. Sebuah bayangan muncul dari balik dinding
pemisah kamar sebelah Howon. Saat itu juga, Howon telah masuk kembali.
Diamatinya jelas – jelas orang yang berdiri di koridor ujung dari balik
jendela, sosoknya mulai terlihat saat bolam lampu bermuatan 5 watt menerangi
gerai rambutnya yang panjang. Hingga berdirilah wanita itu di depan pintunya.
“2...” bisik gadis bershal itu
sambil membolak – balikkan kertas yang ia pegang. Shalnya yang menutup hampir
setengah dari wajahnya membuat suaranya terdengar timbul tenggelam.
Howon terdiam sejenak mengingat –
ingat apa yang barusan terlupakan. Ya ... sepatu boot pink. Mungkinkah ia?
Gadis
itu terkejut, tiba – tiba pintu di depannya terbuka dengan cepatnya dan
berdirilah seorang pria kumal yang tanpa berkata sopan dan langsung berkata,
“Siapa kau? ada perlu apa?”
“Annyeong haseo, apa kau tinggal di
sini?” tanya Min-ah agak ragu. Namun, Min-ah tahu pertanyaannya pasti takkan
dijawab. Baiklah,... sekarang ia mencoba bertanya kembali kepada seorang laki –
laki keras kepala itu “apa benar ini kamar nomor 29?” tanya Min-ah tegas.
“benarkah?” laki – laki itu balik
bertanya
“rupanya anda mabuk ya?” cetus
Min-ah. Min-ah mulai mendekat dan mengacungkan jarinya pada lebel di depan
pintu itu. Namun sial, laki – laki itu malah mematung tanpa ada sedikitpun
gerakan maupun respon. Min-ah beralih kesal diketuk – ketuknya lebel kusam itu
dengan kerasnya hingga membuat si laki – laki marah tak alang kepala.
“kau mau cari mati ya? Pergi
sana!!” bentak pria kasar itu pada Min-ah. Namun Min-ah mengelak dan membiarkan
tubuhnya menerobos masuk ke dalam. Tanpa di sadari Min-ah kembali didorong, dan
tubuhnya terbentur pada pagar di depan kos dan nyaris membuatnya tak sadarkan
diri. Dan pada saat itulah, tiba – tiba Min-ah melihat dirinya menyaksikan
perkelahian yang hampir sama seperti tadi siang ia lihat. Dalam pandangannya
yang berkabur, dan dalam redupnya cahaya lampu Min-ah berusaha berdiri menjauh
dan ingin rasanya segera pergi, tapi apa daya. Hidungnya yang mulai mimisan
pertanda bahwa tubuhnya tak dapat menopang kembali dan jatuhlah Min-ah di atas
keramik berdebu.
Kertas
dinding kotor, lampu yang menyala terang, dan terkadang suara mesin yang
menyala kemudian mati berulang – ulang. Min-ah membuka matanya pelan, namun
segera terbangun dan menyadari bahwa ia sudah tidak lagi berada di koridor
tadi. Min-ah duduk di tepi ranjang dan mulai beranjak berkeliling di ruang
kecil itu, saat Min-ah mulai menemukan sepatu bootnya yang tergeletak di depan
pintu, ia merasa lega. Karena sebenarnya yang memakai sepatu boot itu adalah . .
. .
“akhirnya sadar juga.... syukurlah”
ucap Goun yang kemudian duduk di meja rias. Goun adalah sahabat Min-ah dan
mereka sudah janjian untuk tinggal bersama karena kantor keduanya juga
berdekatan.
“lalu, kita ada di .....”Min-ah
berjalan lurus melewati pintu masuk jarinya mengacung ke arah pintu keluar.
“kamar 29” jawab Goun sambil
menyisir rambut panjangnya
“benarkah? Bagaimana bisa?” Min-ah
bertanya seakan tak percaya. Tapi, ia sudah mengenal betul Goun akan berkata
....
“tidurlah dulu, besok aku
ceritakan” yap, benar itu jawaban yang diluncurkan Goun. Dan beranjaklah Goun
di atas ranjang, sementara Min-ah masih duduk di ruang utama memikirkan banyak
hal yang mungkin hanya ingin ia pikirkan sendiri, kalau Goun tidak mau diganggu.
TBC........
TBC........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar