Kamis, 20 Juni 2013

Camera Has Stories


Chapter 2             

            Hari mulai berganti malam, saat itu juga satu persatu lampu jalanan mulai menyala namun kini nampak lebih terang dari biasanya, pikir Howon. Setelah kesibukannya manggung, ia dan anggota Infinite memutuskan untuk mengambil cuti selama beberapa minggu, ya mungkin karena itu. Namun, tetap saja tak ada yang bisa dia lakukan selain apapun hal yang semuanya mengandung kata ‘bosan’. Dan hari ini juga, Howon hanya memutuskan untuk tidur di apartemen lamanya, di mana tempat ia singgah sebelum diterima menjadi anggota Infinite.



            Dari tangga bawah yang gelap dan sunyi, terdengar suara langkah kaki mendekat. Suaranya terdengar setelah beberapa kali berhenti sesaat. Howon terkesiap dan mulai berdiri setelah ia selesai membuang sampah yang sudah lama tak ia bersihkan dari kamar lamanya itu. Sebuah bayangan muncul dari balik dinding pemisah kamar sebelah Howon. Saat itu juga, Howon telah masuk kembali. Diamatinya jelas – jelas orang yang berdiri di koridor ujung dari balik jendela, sosoknya mulai terlihat saat bolam lampu bermuatan 5 watt menerangi gerai rambutnya yang panjang. Hingga berdirilah wanita itu di depan pintunya.



“2...” bisik gadis bershal itu sambil membolak – balikkan kertas yang ia pegang. Shalnya yang menutup hampir setengah dari wajahnya membuat suaranya terdengar timbul tenggelam.  



Howon terdiam sejenak mengingat – ingat apa yang barusan terlupakan. Ya ... sepatu boot pink. Mungkinkah ia?



            Gadis itu terkejut, tiba – tiba pintu di depannya terbuka dengan cepatnya dan berdirilah seorang pria kumal yang tanpa berkata sopan dan langsung berkata,



 “Siapa kau? ada perlu apa?”  



“Annyeong haseo, apa kau tinggal di sini?” tanya Min-ah agak ragu. Namun, Min-ah tahu pertanyaannya pasti takkan dijawab. Baiklah,... sekarang ia mencoba bertanya kembali kepada seorang laki – laki keras kepala itu “apa benar ini kamar nomor 29?” tanya Min-ah tegas.



“benarkah?” laki – laki itu balik bertanya



“rupanya anda mabuk ya?” cetus Min-ah. Min-ah mulai mendekat dan mengacungkan jarinya pada lebel di depan pintu itu. Namun sial, laki – laki itu malah mematung tanpa ada sedikitpun gerakan maupun respon. Min-ah beralih kesal diketuk – ketuknya lebel kusam itu dengan kerasnya hingga membuat si laki – laki marah tak alang kepala.



“kau mau cari mati ya? Pergi sana!!” bentak pria kasar itu pada Min-ah. Namun Min-ah mengelak dan membiarkan tubuhnya menerobos masuk ke dalam. Tanpa di sadari Min-ah kembali didorong, dan tubuhnya terbentur pada pagar di depan kos dan nyaris membuatnya tak sadarkan diri. Dan pada saat itulah, tiba – tiba Min-ah melihat dirinya menyaksikan perkelahian yang hampir sama seperti tadi siang ia lihat. Dalam pandangannya yang berkabur, dan dalam redupnya cahaya lampu Min-ah berusaha berdiri menjauh dan ingin rasanya segera pergi, tapi apa daya. Hidungnya yang mulai mimisan pertanda bahwa tubuhnya tak dapat menopang kembali dan jatuhlah Min-ah di atas keramik berdebu.



            Kertas dinding kotor, lampu yang menyala terang, dan terkadang suara mesin yang menyala kemudian mati berulang – ulang. Min-ah membuka matanya pelan, namun segera terbangun dan menyadari bahwa ia sudah tidak lagi berada di koridor tadi. Min-ah duduk di tepi ranjang dan mulai beranjak berkeliling di ruang kecil itu, saat Min-ah mulai menemukan sepatu bootnya yang tergeletak di depan pintu, ia merasa lega. Karena sebenarnya yang memakai sepatu boot itu adalah . . . .



“akhirnya sadar juga.... syukurlah” ucap Goun yang kemudian duduk di meja rias. Goun adalah sahabat Min-ah dan mereka sudah janjian untuk tinggal bersama karena kantor keduanya juga berdekatan.



“lalu, kita ada di .....”Min-ah berjalan lurus melewati pintu masuk jarinya mengacung ke arah pintu keluar.



“kamar 29” jawab Goun sambil menyisir rambut panjangnya



“benarkah? Bagaimana bisa?” Min-ah bertanya seakan tak percaya. Tapi, ia sudah mengenal betul Goun akan berkata ....



“tidurlah dulu, besok aku ceritakan” yap, benar itu jawaban yang diluncurkan Goun. Dan beranjaklah Goun di atas ranjang, sementara Min-ah masih duduk di ruang utama memikirkan banyak hal yang mungkin hanya ingin ia pikirkan sendiri, kalau Goun tidak mau diganggu.  

TBC........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar