ff Lee Ho Won
Chapter 11
Selimut itu masih tertutup rapat,
menyelubungi seorang pria yang sedang terbaring karena kantuk. Tak lama
kemudian jam beker di rak, tepat di atas kepalanya jatuh ke bawah hingga
membuatnya tersentak. Akhirnya Howon bangun, masih dengan mata yang terpejam.
Ia menoleh ke belakang, di atas jam dinding yang tertempel bersebelahan dengan
figura.
Kira – kira kapan foto itu diambil?
Entahlah, mungkin sekitar 2 tahun yang lalu, atau bahkan lebih jika dilihat dari
model pakaian yang terbilang agak jadul. “tok tok” suara pintu depan diketuk.
Howon merasa senang, ia tak bisa membayangkan betapa ia ingin sekali menghajar bocah
itu, betapa menjengkelkannya ia selama ini membisu,
“haloo” Goun melambaikan tangannya
dengan anggun
Howon terdiam. Ia pikir itu Song.
“gimana benda yang kau cari? Sudah ketemu?” Howon melangkah masuk,
mempersilahkan gadis tinggi ramping itu mengikutinya
“aigoo” Goun menyisihkan poni yang
menutup sebagian wajahnya “udah sih, tapi akhirnya gak kepake”
“wah..., repot juga ya”
“repot? Dibanding aku, kamu jauh
lebih repot” Howon tersadar, ya benar akhir – akhir ini ia merasa benar – benar
sibuk. “gimana kalau ikut refreshing aja?” ajak Goun sambil merekatkan kedua
tangannya satu sama lain. “Min-ah juga ikut lho” tiba – tiba tanpa sadar, Howon
langsung menjawab
“boleh” aish... bisiknya
“chincha? Aw... seorang Min-ah
benar – benar beruntung” Goun menjabat tangan Howon erat – erat dan tanpa sadar
ia memeluk Howon
Mata sipitnya mulai melebar,
terselip suatu perasaan yang tak enak. Ia ingin pergi dari sana, tapi
“Min-ah” Goun menghambur ke kearah
pintu masuk yang terbuka lebar “ya, Hoya juga ikut” Goun mengayunkan kedua
tangan Min-ah erat – erat.
Min-ah tersenyum pada Goun, matanya
beralih menatap Howon yang terlihat kacau dengan tataan rambut yang acak
–acakan. Howon balas menatap, lalu merapikan rambut dengan jemarinya, “kau juga
ikut? Memangnya tak ada acara?”
“em, ada sih. Tapi gak penting”
“artis, sekali – kali juga butuh
hiburan” tambah Goun
“oh,” Min-ah mengangguk
“apa.... aku tidak diundang?”
guraunya, Howon tersenyum setelahnya
“ah, bukan – bukan,” bantah Min-ah,
“maksudku--”
“maksudnya, kau akan diminta jadi
bodyguardnya. Hahaha.. peran yang bagus Hoya, tapi jangan mau” Min-ah bergeser
sedikit dari Goun, ia merasa.....jengkel
“o.ya Min-ah, bagaimana telingamu?
Sudah baikkan?”
“tentu, sudah membaik” Min-ah
tersenyum, “kalau gitu, aku permisi keluar ya, soalnya masih pemotretan
sebentar lagi” Min-ah menarik gagang pintu itu lalu ditutupnya.
“orang aneh,” gumam Goun, langsung
meraih kursi di sebelahnya
“memangnya kenapa?” Howon merasa
perlu tahu
“kenapa? Tidak liat? Tadi ia bilang
telinganya tidak apa – apa, tapi masih sering menyipitkan mata?” menyipitkan
mata? Benar. Dari tadi yang dilihat Min-ah adalah mulut Howon
“benarkah?” tanyanya pada diri
sendiri. “lalu? Apa kata dokter tentang phobianya?”
“sudah baikan, buktinya dia sudah
keluar dari rumah sakit” Goun mengangkat – angkat kedua kakinya ke lantai.
“ngomong – ngomong, ke mana Song?”
“Song? Aku juga tidak tahu. Ku
pikir waktu itu ia hanya main – main, tapi tidak” Howon menoleh menatap Goun. Dilihatnya
kedua alis gadis itu saling bertemu “maksudku, kami sempat betengkar waktu itu,
lalu Song bilang ia ingin pergi dan mungkin aku akan mampir ke rumahnya,”
“oh... paling – paling, ia
karokean, atau mabuk – mabukan atau malah--” Goun menghentikan ocehannya,
mungkin Howon tidak ingin mendengarnya, itu pasti menyakitkan. “ok” Goun
bangkit berdiri “ku tunggu besok siang, jangan lupa” tunjuknya pada jam dinding
di belakangnya, lagi Howon teringat pada foto itu, dimana mereka, Howon dan
Song bersama – sama dalam sebuah klub dancer.
*****************************************************************************************************************
“Hoya...” panggil Goun dari luar,
suara yang nyaring mampu Howon kenali dalam sekejap
Howon membuka pintu dan melihat
Min-ah memunggunginya, matanya menatap ke bawah, dimana orang – orang sibuk
hilir mudik “pagi” katanya tiba – tiba, menyadari bahwa Howon memandanginya
“cepet” timpal Goun tiba – tiba
muncul dari balik pintu. Tanpa menjawab Goun, Min-ah menunjuk ke arah pintu
setengah terbuka itu, dan medapati Howon mematung di tempat setelah ke kagetannya
tadi. “oh...Hoya maaf, semoga kau tak mendengarku berkata seperti itu lagi”
Howon mengangguk “hey,” Goun mulai mendekatkan tubuhnya pada Howon untuk berbisik
“Min-ah kalau tidak ditanya begitu, mana mungkin dia dengar” katanya sambil
melirik Min-ah yang mengamati mereka
“benarkah” ucap Howon menjauhan
tangan Goun
“benar”
“lalu kenapa harus berbisik?” Goun
merasa malu, lidahnya terasa linu.
“kenapa?” tanya Min-ah tak tahu
menahu, wajahnya yang polos membuat Howon tersenyum padanya. “Kenapa?” ulangnya
lagi,
“tidak, hanya saja aku belum mandi”
kata Howon membuat Min-ah tertawa dan Howon juga begitu tapi tidak dengan Goun
yang berusaha menyibukkan diri dengan mengotak – atik ponselnya
Sudah beberapa menit mereka
menunggu, Goun sudah dapat meredakan masalah tadi dan mulai kembali cerewet
seperti biasanya.
“sudah,” gumam Min-ah ketika
melihat pintu kamar Howon mulai terbuka.
Selama perjalanan Min-ah duduk di belakang, sementara Howon yang mengenakan kaos polos putih beserta
kaca mata duduk di belakang kemudi dan di sebelah kanannya duduklah si cerewet Goun.
“Akhirnya” Goun menggandeng tangan
Min-ah saat mereka suadah sampai di pintu masuk
“kita mau kemana sekarang?” tanya
Howon sambil membenarkan topinya
“ke rolkoster!” seru Goun
“ah....jangan” bantah Min-ah
“aish...”
“ke museum” saran Min-ah
“ide bagus, sekalian nanti bisa
foto – foto” benar, selagi ruang merupakan ruang tertutup juga akan sulit orang
– orang mengenali Howon karena pasti tidak banyak orang yang ke sana
“ah... kalian, kompak bener.
Terserahlah... aku sudah antisipasi ini, jadi aku akan ke sana” kata Goun
sambil menjulurkan lidahnya
Min-ah tersenyum, lalu memandang
Howon yang masih bengong
“Goun sudah menghubungi teman kantor,
katanya mereka juga akan ke sini” jelasnya. Howon mengangguk mengerti lalu,
“ayo” Howon meraih tangan Min-ah,
menariknya masuk ke museum.
“Kau bawa kamera kan?” tanya Howon tiba – tiba saat
Min-ah sedang terpaku memandang serangga awetan di sebelahnya.
“ah...tentu” Min-ah bergegas
mengeluarkan benda dari dalam tasnya,
“a...” Howon menggumam terkejut, ia
berusaha menyembunyikannya saat Min-ah mengulurkan ponselnya.
“bawakan sebentar,” kata Min-ah
saat Howon menerima ponselnya. “Ini” Min-ah tersenyum lega saat memberikan
kameranya pada Howon
Min-ah sibuk mengamati berbagai
macam awetan hewan dan bunga yang terpampang dalam museum, hingga ia tak
menyadari sebuah blitz menangkap gambarnya
“Hoya!” bentak Min-ah tapi Howon
tahu itu hanyalah candaan.
“sstss” Howon meletakkan telunjuk
di depan bibirnya. Ia tahu kalau Min-ah menyebut namanya nanti bisa – bisa
semua orang yang ada di dalam berkerumunan kemari untuk melihatnya.
Min-ah tersenyum lebar, mata
sipitnya hampir tak terlihat melek. Howon yang melihat ekspresi itu, entah
kenapa merangkul bahu Min-ah dalam satu gerakan gesit yang Min-ah sendiri tak
mampu menghindarinya.
“ayo keluar, aku bosan.” Rengek
Howon berbisik tepat di telinganya. Min-ah mengangguk, ia merasa. . .nyaman.
“Hoii, akhirnya aku ketemu kalian”
teriak Goun dari seberang sana, Min-ah merasa harus segera menyingkirkan lengan
Howon yang menempel di pundaknya. “ayo kita main, dari tadi betah ya di dalam?”
Goun memanyunkan bibirnya
“ini kita juga mau keluar” Min-ah
membenarkan
“baguslah, ayo” Goun menarik tangan
Min-ah, bahkan tenaganya terasa terisi penuh dari biasanya
“mau kemana?” tanya Min-ah selagi
mereka berjalan
“ke rumah hantu!” Goun menunggu
reaksi Min-ah tapi sepertinya ia tak bertenaga untuk menolaknya “ah...jangan bilang
kau takut, apalagi di sini ada Hoya”
“Ngomong – ngomong, maaf aku gak
bisa ikut” akhirnya Howon bersuara setelah daritadi mendengarkan dua gadis yang
asyik bercerita
Min-ah menatap Howon ragu, lalu ia
tersenyum girang begitu saja. “ok, bersenang – senaglah” ia merasa kecewa, tapi
ia juga harus tahu bahwa Howon seorang artis yang seharusnya tidak ia atur,
apalagi ia hanya teman, teman lama pula.
TBC...................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar